Arsip Blog

Rabu, 14 Mei 2008

dusun jirak

“ Lagu sedih dari dusun Jirak
tentang makna centralisasi pendidikan”

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Manusia berkembang karena pendidikan. Pertumbuhan ekonomi tidak akan berjalan dengan baik jika tidak di dukung sumberdaya manusia yang berkualitas dan kompetitif. Sumberdaya manausia yang berkualitas dapat dihasilkan dari sekolah-sekolah yang berkualitas dengan proses belajar dan mengajar yang efektif. Menurut Ward (1883) dalam De Jong (1983:1) ia menunjuk bahwa pendidikan sebagai motor utama bagi kemajuan masyarakat.
Masyarakat akan maju jika manusia yang berada di lingkungan sekitar terdidik melalui pendidikan manusia akan dapat mendapatkan berbagai macam kebaikan yang mana kebaiakn itu akan terus di turunkan kepada generasi selanjutnya. Pendidikan yang ada di sekolah di lakukan untuk mengembangkan semua potensi diri peserta didik agar dapat berguna dan bermanfaat sekarang dan masa yang akan datang. Seperti yang tercermin dalam Hak- hak asasi manusia bahwa Eduaction is a process of growth in which the individual is helped to developed his power, his talents, his abilities, and his interest.
Pendidikan sangat membantu manusia mencapai hidup yang lebih baik, peserta didik dengan pendidikan akan mengerti dan mengetahui makna kehidupan yang berguna dan bermanfaat. Alangkah malangnya saudara- saudara kita yang berada di dusun Jirak, Talang Akar, Kecamatan Talang Ubi Pendopo, Kab. Muaraenim yang tidak dapat melanjutkan pendidikanya setelah lulus sekolah dasar (SD).
Mereka tidak dapat bersekolah di sekitar mereka karena sekolah menegah pertama tidak ada dan bahkan sekolah yang paling terdekatpun berjarak 65 kilo meter dari kampung mereka yaitu kota kecamatan Pendopo.
Perkembangan kampung itu sebetulnya akan membawa dampak yang sangat buruk dan menyedihkan bagi perkembangan mereka sekarang dan masa yang akan datang. Sayang sekali pemerintah tidak peka akan masyarakat mereka. Adanya wakil masyarakat harusnya menjadi pembela hak-hak masyarakat itu sendiri.
Mereka membutuhkan pendidikan dan mereka mengharapkan anak-anak mereka dapat berkembang seperti anak-anak yang lain yang dapat berkembang dan maju. Hanya pendidikan yang akan memperbaiki nasib masyarakat mereka dan mereka tidak akan terisolasi terus selama hidupnya. Mungkin nasib mereka sekarang masih bisa mengandalkan sumberdaya alam tapi bagaimana jika dua puluh tahun kemudian takala para pemburu-pemburu jahat yang hanya mementingkan diri pribadi sudah menghancurkan alam mereka (proses penghancuran ini ini terjadi dari dahulu bahkan sampai sekarang masih terjadi).
Perlu adanya kebijaksan dan pelayanaan publik yang lebih memadai agar mereka dapat melanjutkan sekolah. Pertama pemerintah harus berusaha mengadakan transportasi agar dapat menjangkau desa-desa mereka atau pun pemerintah harus menyediakan sekolah baru dan mengutus guru-guru yang berkualitas
Sebagai ilustrasi kondisi dan geografis wilayah Jirak – Talang Akar sebagai berikut : Prov. Sumatera Selatan dengan ibukotanya Palembang merupakan suatu wilayah yang terletak di bagian timur – selatan P. Sumatra. Daerah dengan sumber daya alam yang melimpah akan minyak bumi, gas, batubara, dan emas yang memang secara kebetulan semua kekayaan alam tersebut berada di Kabupaten Muaraenim. Secara geologis (Sukendar Asikin, dalam Tectonic plate of Indonesia, 1989) Sum-Sel pada bagian tengah merupakan suatu dataran dengan dibawahnya berupa strutur cekungan minyak yang besar yang disebut sebagai formasi Talang Akar, sedangkan pada bagian timur rangkaian pegunungan/bukit barisan memberikan kekayaan unsur mineral logam yaitu emas, perak dsbnya (sepertinya 100 x lipat dari Brunai dah!!). Apa hendak dikata, semua kekayaan tersebut dieksploitasi secara besar-besaran termasuk kekayaan hutannya dan dengan centralisasi semua hasil tersebut dipergunakan untuk pembangunan ekonomi mercu suar dengan tirani konglomerasi yang tentu tempatnya di P. Jawa khususnya ibukota tercinta JAKARTA!!!. Eksploitasi terutama minyak bumi dimulai sejak jaman penjajahan Belanda thn 1912 (monumen alat bor pertama yang ditarik oleh kerbau ada di Pendopo) pusat perkantoranya waktu itu di Talang Akar, kemudian thn 1942 beralih menjadi perusahaan Amerika yaitu STANVAC dan di thn 1950 an dalam rangka efisiensi dibuat pusat perkantoran baru yaitu Pendopo. Demikian seterusnya hanya dengan rapat-rapat kecil di Jakarta dan Amerika sangat menentukan nasib dari orang-orang yang ada di daerah tersebut. Thn 1978 Pendopo dialihkan ke PERTAMINA, sedangkan STANVAC berubah wujud menjadi EKSPAN yang sekarang MEDCO. Pengembangan pemboran sumur berhenti diwilayah Talang Akar dan Pendopo dan berlanjut ke wilayah kabupaten lain, sedangkan peroduksi minyak di Talang Akar dan Pendopo terus berlangsung hingga sekarang dengan pipeline and pumping unit system (PERTAMINA sebagai pengelola). Bersamaan dengan itu thn 1970 an PT. SWOODY meluluh lantakan hutan-hutan wilayah Sum-Sel s/d Jambi dengan hanya menyisakan pohon-pohan besar (diameter +/- 1.5 m) radius 100 m ke dalam area hutan kanan kiri jalan, sehingga kalau dilihat dari pinggir jalan seolah-olah kita berada di dalam hutan dengan pohon-pohon yang tingginya menjulang kelangit, padahal di bagian dalam hutannya sendiri adalah hamparan padang ilalang laksana samudra luasnya. Malang tak dapat ditolak, infrastuktur apa yang mereka tinggalkan yang bermanfaat bagi warga desa setelah aktifitas mereka berkurang atau berhenti sama sekali?? Rumah-rumah besar ex bule belanda dan amerika yang dijaga satpam sampai hancur dengan sendirinya, jalan-jalan tanah tak berbentuk yang offroader dari Jakarta pun tak sanggup untuk melewatinya. Oii malang nian nasibku, para penjarah untuk mengeksploitasi minyak bumi tidak perlu pembuatan jalan-jalan yang layak sebagai sarana transportasi, mereka cukup membuat jalan sementara untuk pemasangan pipa-pipa yang diameternya setinggi orang dewasa dan pemasangan unit-unit pompa untuk mengirimkan minyak ke pelabuhan Bom Baru di Palembang. Alhasil saat ini daerah Dusun Jirak terpencil dan terisolir. Apalagi kalau sudah musim penghujan, untuk ke Pendopo saja bisa memakan waktu 2 hari 2 malam dengan berkendaraan jeep doble gardan dengan sling didepan serta keempat roda di balut rantai besi agar roda tidak slip karena lumpur. Jalan2 yang putus karena aliran air mereka lewati dengan sistem balok kayu estafet yang selalu mereka bawa-bawa, bisa dibayangkan untuk membawa 5 orang yang akan ke Pendopo (entah utk belanja atau keperluan lainnya) dg crew jeep 4 orang berikut sopir. Apalagi pulangnya, dengan belanjaan semaksimalnya mereka mengisi kendaraan hingga selayaknya muatan 1 truk colt diesel. Tanpa mereka sadari bahwa sebagian besar perjalanan mereka lebih banyak dilakukan dengan berjalan kaki dan kegiatan menaik turunkan barang-barang belanjaan dan alat-alat mobil karena mengurangi beban kendaraan saat melalui sungai atau jalan2 hancur, tak terbayang berapa ongkos transportasi yang mereka harus keluarkan dan berapa jadinya harga bahan pokok yang mereka perdagangkan?. Kejadian seperti ini sangat kasuistik yaitu umumnya terjadi di wilayah-wilayah penghasil minyak bumi yang jauh dari jalur transportasi utama (sungai besar ataupun jalan provinsi). Karena khusus wilayah seperti ini roda perekonomian sangat tergantung pada kegiatan eksplorasi dan eksploitasinya.

Tidak ada komentar: